BPBD Sukabumi Pertahankan Status Siaga Hidrometeorologi Akibat Curah Hujan yang Masih Tinggi

JabarNews.id | SukabumirayaNews: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi masih mempertahankan status siaga hidrometeorologi yang telah diberlakukan sejak akhir November 2024. Keputusan ini diambil setelah melihat kondisi cuaca yang masih menunjukkan intensitas hujan tinggi di berbagai wilayah. Potensi bencana alam seperti banjir dan tanah longsor masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat, sehingga status siaga tetap diberlakukan guna memastikan kesiapsiagaan semua pihak dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana.        

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi, Deden Sumpena, menyatakan bahwa pihaknya terus melakukan pemantauan intensif terhadap kondisi cuaca dengan berkoordinasi langsung dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Berdasarkan informasi yang diterima, curah hujan dalam beberapa pekan terakhir masih tergolong tinggi, terutama di daerah yang memiliki topografi pegunungan dan dataran rendah yang rentan terhadap banjir. Oleh karena itu, BPBD memutuskan untuk tidak mencabut status siaga hidrometeorologi hingga kondisi cuaca benar-benar membaik.

Sebagai langkah antisipasi, BPBD terus memperbarui informasi cuaca dan mendistribusikannya ke seluruh kecamatan agar tim di lapangan dapat bersiap menghadapi kemungkinan bencana. Pihak BPBD juga mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap potensi bencana, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah rawan longsor atau dekat dengan aliran sungai yang berpotensi meluap. Selain itu, BPBD juga memastikan bahwa tim tanggap darurat tetap siaga 24 jam untuk memberikan respons cepat jika terjadi bencana di wilayah Kabupaten Sukabumi.

Dalam menghadapi potensi bencana akibat curah hujan yang tinggi, BPBD Kabupaten Sukabumi mengoptimalkan peran Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK). Petugas ini bertugas melakukan penilaian awal di lokasi bencana sebelum tim utama dari kabupaten tiba. Dengan adanya P2BK, penanganan awal dapat dilakukan lebih cepat, seperti mengevakuasi warga terdampak, mendata kerusakan, serta memberikan bantuan darurat kepada korban. Model penanganan bencana dengan melibatkan P2BK ini telah menarik perhatian daerah lain yang memiliki cakupan wilayah luas seperti Sukabumi. Dengan wilayah yang terdiri dari 47 kecamatan dan berbagai kondisi geografis yang rawan bencana, keberadaan P2BK terbukti efektif dalam merespons kejadian bencana dengan lebih cepat.

Selain itu, BPBD juga memperkuat komunikasi dan koordinasi antara P2BK dengan Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam). Forkopimcam yang terdiri dari camat, kapolsek, dan danramil memiliki peran penting dalam menggerakkan sumber daya yang ada di tingkat kecamatan untuk membantu dalam penanganan bencana. Dengan koordinasi yang baik, diharapkan upaya mitigasi bencana dapat berjalan lebih efektif dan korban jiwa serta kerugian materiil dapat diminimalkan.

Hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Sukabumi telah mengalami bencana hidrometeorologi dalam beberapa bulan terakhir. Tanah longsor menjadi ancaman utama di daerah yang memiliki kontur tanah berbukit dan tebing yang curam. Hujan deras yang mengguyur dalam waktu lama menyebabkan tanah menjadi jenuh dengan air, sehingga meningkatkan risiko longsor. Selain longsor, beberapa wilayah juga mengalami banjir akibat meluapnya sungai yang tidak mampu menampung debit air yang tinggi. Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai harus lebih waspada dan siap untuk mengungsi jika kondisi semakin memburuk.

Tidak hanya itu, Kabupaten Sukabumi juga terletak di jalur sesar aktif yang berpotensi mengalami gempa bumi. Kondisi geografis yang kompleks ini membuat masyarakat harus lebih memahami potensi bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Oleh karena itu, BPBD terus mengedukasi masyarakat agar lebih siap dalam menghadapi berbagai jenis bencana, baik yang disebabkan oleh faktor hidrometeorologi maupun faktor geologi.

Sebagai langkah pencegahan, BPBD mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap perubahan lingkungan sekitar. Jika terjadi retakan di tanah, pohon mulai miring, atau muncul mata air baru di sekitar lereng, masyarakat diimbau untuk segera melapor ke pihak desa atau BPBD karena tanda-tanda tersebut bisa menjadi indikasi awal tanah longsor. Selain itu, masyarakat juga diminta untuk selalu memperhatikan informasi cuaca dari BMKG dan BPBD serta menghindari aktivitas di luar ruangan jika terjadi hujan deras yang berpotensi menyebabkan bencana.

BPBD Kabupaten Sukabumi menegaskan bahwa status siaga hidrometeorologi akan terus dievaluasi berdasarkan perkembangan cuaca dan kondisi di lapangan. Jika curah hujan mulai menurun dan risiko bencana berkurang, maka status siaga bisa dicabut. Namun, jika kondisi cuaca tetap ekstrem dan potensi bencana masih tinggi, maka status siaga akan tetap diberlakukan untuk memastikan kesiapan semua pihak dalam menghadapi kemungkinan bencana.

Dengan adanya kerja sama yang baik antara pemerintah daerah, aparat desa, relawan kebencanaan, dan masyarakat, diharapkan mitigasi bencana di Kabupaten Sukabumi dapat berjalan dengan lebih efektif. Kesadaran dan kesiapsiagaan menjadi kunci utama dalam menghadapi potensi bencana yang dapat terjadi kapan saja. BPBD juga mengimbau agar masyarakat selalu siaga dan memahami langkah-langkah yang harus diambil dalam keadaan darurat, termasuk menyiapkan tas siaga bencana yang berisi dokumen penting, makanan, pakaian, senter, dan obat-obatan.

BPBD juga terus melakukan sosialisasi dan pelatihan kebencanaan bagi masyarakat agar mereka lebih siap dalam menghadapi bencana. Pelatihan ini mencakup cara bertindak saat terjadi gempa, longsor, atau banjir, serta bagaimana melakukan evakuasi dengan aman. Dengan pengetahuan yang cukup, masyarakat diharapkan tidak panik dan dapat mengambil tindakan yang tepat saat bencana terjadi.

Sampai saat ini, BPBD Kabupaten Sukabumi tetap dalam kondisi siaga dan terus memantau perkembangan situasi. Pihak BPBD berharap agar masyarakat tetap waspada dan mengikuti arahan yang diberikan oleh pemerintah setempat. Dengan kesiapsiagaan yang maksimal, dampak dari bencana dapat diminimalkan, sehingga masyarakat dapat lebih terlindungi dari ancaman yang mungkin terjadi. (RED)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *