JabarNews.id | SukabumirayaNews: Sebuah kebakaran hebat melanda Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Qostholani yang berlokasi di Kampung Raweuy, Kelurahan Sukakarya, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, pada Senin malam, 17 Februari 2025. Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 22.30 WIB itu menghanguskan bangunan asrama santri. Dugaan sementara, kebakaran ini dipicu oleh korsleting listrik yang berasal dari bagian atap bangunan, menyebabkan api dengan cepat menjalar dan melahap seluruh ruangan.
Menurut keterangan warga sekitar, api pertama kali terlihat muncul dari atap bangunan asrama sebelum akhirnya membesar dan menyebar ke bagian lain. Beberapa warga yang melihat kobaran api langsung berusaha memberikan pertolongan dengan peralatan seadanya, namun api terlalu besar untuk dikendalikan. Salah satu saksi mata, ketua RT setempat, mengatakan bahwa api awalnya hanya berupa percikan kecil, tetapi dalam hitungan menit, api semakin membesar karena material bangunan yang mudah terbakar.
Mendapat laporan kebakaran, pihak pemadam kebakaran Kota Sukabumi segera mengerahkan tiga unit mobil pemadam kebakaran ke lokasi kejadian. Setibanya di lokasi, petugas langsung berupaya memadamkan api agar tidak menyebar ke bangunan lain di sekitar pesantren. Proses pemadaman berlangsung cukup lama karena api sudah telanjur membesar dan melahap hampir seluruh atap asrama. Setelah lebih dari satu jam, akhirnya api berhasil dipadamkan sepenuhnya, dan tim pemadam memastikan bahwa tidak ada titik api yang tersisa yang dapat memicu kebakaran ulang.
Meskipun kebakaran ini tidak menimbulkan korban jiwa atau luka-luka karena saat kejadian ruangan dalam keadaan kosong, kerusakan yang ditimbulkan cukup parah. Asrama santri yang terbakar memiliki ukuran sekitar 8×5 meter persegi dan hampir seluruhnya hangus dilalap api. Barang-barang yang ada di dalam ruangan, seperti kasur, lemari, pakaian santri, serta beberapa barang elektronik, juga ikut terbakar.
Akibat kejadian ini, santri yang sebelumnya menempati asrama tersebut harus sementara dipindahkan ke ruangan lain di lingkungan pesantren yang masih bisa digunakan. Pihak pengelola pesantren sedang mencari solusi terbaik untuk memperbaiki asrama yang terbakar agar santri dapat kembali menempatinya dalam waktu dekat.
Kepala Bidang Pemadam Kebakaran Kota Sukabumi, Ujang Rustiandi, mengungkapkan bahwa pihaknya masih terus menyelidiki penyebab pasti kebakaran ini. Namun, berdasarkan indikasi awal, kebakaran ini diduga kuat disebabkan oleh korsleting listrik. Hal ini diperkuat dengan temuan di lokasi kejadian yang menunjukkan adanya kabel-kabel yang terbakar dan kemungkinan mengalami hubungan arus pendek sebelum api mulai membesar.
Kejadian kebakaran di pondok pesantren bukanlah hal yang baru, khususnya di wilayah Sukabumi. Sebelumnya, pada September 2024, kebakaran hebat juga terjadi di Pondok Pesantren Az-Zain di daerah yang sama. Dalam insiden tersebut, sebuah bangunan asrama santri juga hangus terbakar akibat dugaan korsleting listrik. Meskipun tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, kerugian materiil diperkirakan mencapai Rp800 juta.
Kondisi ini menunjukkan bahwa masih banyak pondok pesantren yang belum memiliki sistem kelistrikan yang aman dan standar keselamatan kebakaran yang memadai. Bangunan pesantren yang umumnya menggunakan bahan kayu serta banyaknya alat elektronik yang digunakan tanpa perawatan yang baik sering kali menjadi pemicu utama terjadinya kebakaran akibat korsleting listrik.
Peristiwa kebakaran ini kembali menjadi peringatan bagi banyak pondok pesantren untuk lebih memperhatikan sistem keamanan dan infrastruktur kelistrikan mereka. Korsleting listrik menjadi salah satu penyebab utama kebakaran di berbagai tempat, termasuk di lembaga pendidikan berbasis keagamaan seperti pesantren. Oleh karena itu, pemeriksaan rutin terhadap instalasi listrik harus dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa seluruh perangkat listrik berfungsi dengan baik dan tidak berpotensi menimbulkan kebakaran.
Selain itu, pondok pesantren diharapkan memiliki alat pemadam kebakaran ringan (APAR) di setiap ruangan penting untuk menghadapi situasi darurat seperti ini. Dengan adanya alat pemadam kebakaran yang mudah dijangkau, api yang baru mulai muncul bisa segera dipadamkan sebelum berkembang menjadi kebakaran besar.
Pihak berwenang, termasuk dinas terkait, diharapkan dapat memberikan perhatian lebih terhadap keamanan di pondok pesantren dengan menyediakan pelatihan kebakaran bagi pengurus dan santri. Jika setiap penghuni pesantren memiliki pemahaman yang baik tentang cara menangani kebakaran sejak dini, maka risiko kerugian besar akibat kebakaran bisa diminimalisir.
Kejadian kebakaran ini menimbulkan keprihatinan bagi banyak pihak, terutama keluarga santri yang khawatir dengan keselamatan anak-anak mereka di lingkungan pesantren. Mereka berharap agar pihak pesantren segera melakukan perbaikan dan meningkatkan sistem keamanan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Sementara itu, pemerintah daerah juga diminta untuk lebih aktif dalam memberikan sosialisasi serta bantuan teknis terkait instalasi listrik yang aman di pondok pesantren maupun lembaga pendidikan lainnya. Bantuan berupa pengecekan berkala oleh petugas yang berwenang sangat diperlukan untuk memastikan bahwa sistem listrik di pesantren-pesantren sudah memenuhi standar keamanan.
Hingga saat ini, pihak kepolisian dan tim pemadam kebakaran masih melakukan investigasi lebih lanjut untuk memastikan penyebab pasti kebakaran dan mengevaluasi dampak yang ditimbulkan. Langkah-langkah pencegahan ke depan juga akan dibahas agar kejadian seperti ini tidak lagi terulang, mengingat pentingnya lingkungan belajar yang aman bagi para santri.
Dengan adanya kejadian ini, masyarakat diharapkan semakin waspada terhadap risiko kebakaran dan lebih memperhatikan aspek keselamatan, terutama dalam hal penggunaan listrik. Kejadian ini menjadi pelajaran penting bahwa pencegahan lebih baik daripada penanggulangan, sehingga semua pihak perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dari ancaman kebakaran. (RED)