JabarNews.id | SukabumirayaNews: Masyarakat Kampung Mekarjaya, Desa Buniwangi, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, secara tegas menolak rencana pembangunan tambak udang vaname di wilayah mereka. Penolakan ini didasarkan pada kekhawatiran akan dampak negatif yang dapat ditimbulkan terhadap lingkungan sekitar. Warga menyoroti sejumlah kasus serupa di daerah lain yang mengalami kerusakan lingkungan akibat aktivitas tambak udang, seperti pencemaran air, degradasi tanah, hingga terganggunya ekosistem pesisir.
Menurut warga setempat, pembangunan tambak udang dikhawatirkan akan merusak keseimbangan ekosistem yang selama ini telah menopang kehidupan masyarakat, terutama mereka yang bergantung pada sektor pertanian dan perikanan. Salah satu warga, Dedi (45), mengatakan bahwa tanah di sekitar area tambak berpotensi mengalami kerusakan akibat penggunaan bahan kimia dalam proses budidaya udang. “Kami tidak ingin kampung kami berubah menjadi daerah yang sulit mendapatkan air bersih atau kehilangan lahan pertanian,” ujarnya.
Selain itu, warga juga mencemaskan limbah yang dihasilkan dari aktivitas tambak udang. Limbah organik dan kimia dari tambak dapat mencemari sumber air yang digunakan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka khawatir pencemaran ini dapat menyebabkan berkurangnya kualitas air, yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan bagi penduduk setempat. Beberapa warga bahkan mencontohkan daerah lain di pesisir Sukabumi yang mengalami penurunan kualitas air akibat limbah dari tambak udang yang tidak dikelola dengan baik.
Di samping masalah pencemaran, keberadaan tambak udang juga berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem pantai dan pesisir. Wilayah Surade memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi, termasuk berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya yang hidup di sekitar perairan tersebut. Aktivitas tambak udang yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan penurunan populasi ikan serta mengganggu rantai makanan di ekosistem perairan.
Tidak hanya itu, nelayan yang menggantungkan hidup dari hasil laut juga merasa terancam dengan adanya tambak udang di daerah mereka. Salah satu nelayan setempat, Ujang (50), mengatakan bahwa pembangunan tambak udang sering kali menyebabkan hilangnya habitat ikan serta menurunkan hasil tangkapan nelayan. “Kalau airnya tercemar, ikan-ikan bisa mati atau berpindah ke tempat lain. Kami bisa kehilangan sumber penghasilan,” katanya.
Selain dampak lingkungan dan ekonomi, masyarakat juga khawatir dengan potensi konflik sosial yang bisa muncul akibat perbedaan kepentingan antara investor tambak dan warga lokal. Pengelolaan sumber daya alam yang tidak melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat sering kali menimbulkan ketegangan dan ketidakpuasan. Oleh karena itu, warga menuntut transparansi dari pihak pengembang terkait dampak jangka panjang dari proyek ini.
Warga Kampung Mekarjaya berharap pemerintah daerah segera turun tangan untuk menindaklanjuti keluhan mereka. Mereka meminta adanya kajian lingkungan secara mendalam sebelum proyek ini benar-benar direalisasikan. Jika terbukti merugikan lingkungan dan masyarakat, mereka berharap pemerintah dapat menghentikan proyek tambak udang tersebut.
Mereka juga menuntut agar pihak terkait lebih mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan dalam setiap proyek pembangunan. “Kami bukan menolak pembangunan, tapi kami ingin pembangunan yang tidak merugikan lingkungan dan masyarakat,” ujar seorang tokoh masyarakat setempat.
Hingga saat ini, belum ada respons resmi dari pihak pengembang maupun pemerintah terkait tuntutan warga. Namun, dengan semakin besarnya penolakan dari masyarakat, kemungkinan besar akan ada dialog antara warga, pihak pengembang, dan pemerintah daerah untuk mencari solusi terbaik. Kasus ini mencerminkan pentingnya perencanaan pembangunan yang berkelanjutan dan berpihak pada kesejahteraan masyarakat lokal. Warga berharap aspirasi mereka tidak diabaikan dan pemerintah dapat mengambil keputusan yang menguntungkan semua pihak tanpa mengorbankan lingkungan dan kehidupan masyarakat yang telah lama bergantung pada sumber daya alam di kawasan tersebut. (RED)